A.PRODUK DOMESTIK BRUTO
Produk Domestik Bruto
(PDB) atau Gross Domestic Produk (GDP) adalah jumlah produksi barang dan
jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi pada suatu daerah di saat
tertentu. Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan alat pengukur dari pertumbuhan
ekonomi dimana alat pengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB, PDB perkapita dan
Pendapatan per jam Kerja. Sebagai alat pengukur dalam pertumbuhan
ekonomi PDB memiliki rumus dalam mencari PDB dan PDB juga
memiliki empat komponen sebagai berikut...
Komponen-Komponen
Produk Domestik Bruto
a. Konsumsi rumah
tangga
b. Investasi
c. Konsumsi
pemerintah
d. Ekspor bersih,
yang merupakan selisih dari total ekspor dan impor.
Rumus Mencari PDB
Berdasarkan
komponen-komponen tersebut, maka dirumuskan seperti dibawah ini..
PDB
= C + I + G + (X-M)
Keterangan :
C : Konsumsi rumah
tangga
I : Investasi
G : Konsumsi
pemerintah
X : Ekspor
M : Impor
Dari rumus tersebut, dapat
dijelaskan bahwa apabila konsumsi bertambah makan akan berpengaruh pada PDB
yang akan meningkat pula. Begitu juga dengan Investasi, pengeluaran pemerintah
dan ekspor bersih apabila mengalami peningkatan maka jumlah PDB akan meningkat,
hal ini dikarenakan komponen-komponen tersebut berada dalam satu fungsi linier.
Oleh karena itu, setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan konsumsi,
investasi, pengeluaran pemerintah, dan nilai ekspor bersih.
Secara kasar PDB dapat dijadikan
ukuran kesejahteraan ekonomi suatu negara, akan tetapi ukuran ini tidak terlalu
tepat. Mengapa dikatakan tidak tepat karena jika hanya melihat PDB, perhitungan
tersebut masih mengabaikan faktor jumlah penduduk.
B.PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
Pertumbuhan
ekonomi merupakan penambahan GDP, sehingga terjadi peningkatan national income.
Pertumbuhan Peningkatan Peningkatan
Jumlah 🠊 National 🠊 Kebutuhan
Penduduk Income Sehari-hari
National
income dapat merujuk pada GDP, GNP atau
NNP (Net national Product)
GNP =
GDP + F, dimana F = pendapatan neto atas faktor luar negeri
NNP =
GNP – D, dimana D = depresiasi
NP =
NNP – Ttl, dimana Ttl = pajak tidak langsung neto.
GDP =
NP + Ttl + D – F
NP =
GDP + F – D- Ttl
Pendekatan
pengukuran GDP:
a)
Pendekatan sisi penawaran agregat yang
mencakup:
·
Pendekatan produksi. PDB=jumlah nilai output
(NO) dari semua sector ekonomi atau lapangan usaha
BPS
membagi ekonomi nasional dalam sektor:
a)
Pertanian
b)
Pertambangan dan penggalian
c)
Industri manufaktur
d)
Listrik, gas, dan air bersih
e)
Bangunan
f)
Perdagangan, hotel dan restoran
g)
Pengangkutan dan komunikasi
h)
Keuangan, sewa dan jasa perusahaan
i)
Jasa-jasa
b)
Pendekatan sisi permintaan agregat yakni
pendekatan pengeluaran
PDB=C
+ I + G + X - M
Sumber
pertumbuhan:
Permintaan agregat
Kurva
AD bergeser kekanan berarti peningkatan permintaan C, I, G (X-M).
PDB=C
+ I + G + X - M
C =
cY + Ca
I =
-ir + Ia
G =
Ga, Pengeluaran pemerintah berifat otonom, besar kecilnya tidak ditentukan oleh
factor dalam model, tapi oleh factor lain spt politik.
X =
Xa, pertumbuhan ekspor ditentukan oleh factor eksternal
M =
mY +Ma
a) Penawaran agregat.
Pertumbuhan
output disebabkan oleh peningkatan volume FP (Tenaga kerja, Kapital, Tanah)
sebagai akibat dari peningkatan produktivitas.
Q = f
(X1, X2, .. Xn), dimana X = FP
Teori dan Model Pertumbuhan.
a)
Teori dan model pertumbuhan Neoklasik.
Memfokuskan pada efek akumulasi K dan
penambahan TK.
Semakin meningkat jumlah FP (TK dan kapital)
pada tingkat produktivitas tidak berubah, maka semakin meningkat pertumbuhan
output. Persentase pertumbuhan output
dapat:
·
Lebih besar daripada persentase pertumbuhan
jumlah FP (increasing return to scale)
·
Sama dengan persentase pertumbuhan jumlah FP
(constant return to scale)
·
Lebih kecil dari persentase pertumbuhan
jumlah FP (decreasing return to scale)
Asumsi: teknologi, ilmu pengetahuan, dan
peningkatan kualitas input tidak diperhatikan (dianggap konstan)
Teori ini tidak berlaku untuk Jepang, Korea
Selatan dan lain-lain yang memiliki SDA sedikit dapat menunjukkan laju
pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan output mereka sebagai akibat dari
produktivitas yang semakin meningkat.
Nafziger (1997) menyatakan bahwa Taiwan,
Hongkong, Korea Selatan dan Singapura menunjukkan K per TK terhadap pertumbuhan
eonomi mencapai 50% - 90% dan peran teknologi sebesar 10% - 50%.
b)
Teori modern (model pertumbuhan Endogen)
Teori moderan menyatakan pertumbuhan ekonomi
dipengaruhi:
· FP yang mencakup TK, K, T, kewirausahaan, BB dan material,
· Faktor lain yang mencakup infrastruktur,
hukum dan peraturan, stabilitas politik, kebijakan pemerintah,
birokrasi, dan dasar tukar internasional.
C.Pertumbuhan Ekonomi selama Orde baru sampai
Saat Ini
Selama
tahun 1966 – 1997, pertumbuhan ekonomi relative tinggi dengan ukuran pendapatan
nasional perkapita tahun 1968 sebesar US$ 60 dan akhir tahun 1980an sebesar US$
500. Pertumbuhan ekonomi 7-8% selama tahun 1970an dan menurun 3 – 4% dalam
tahun 198an. Perkonomian nasional bergantungan valas dari ekspor barang primer
(minyak dan pertanian). Pemasukan valas ini bergantung pada:
a) Kondisi pasar internasional komoditi tersebut.
b)
Harga komoditi tersebut
c)
Pertumbuhan ekonomi dunia (Jepang, USA dan
Eropa merupakan pasar utama Indonesia).
Pengaruh Resesi Dunia
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi
dunia (penurunan GPD).
Dampak
resesi tahun 1982 terhadap laju pertumbuhan ekonomi tahun 1982 sampai 1988.
Krisis
ekonomi akhir tahun 1997 berdampak pada pertumbuhan ekonomi:
Setelah
krisis, pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara selama tahun 1999-2002.
Negara
|
Tahun
|
|||
1999
|
2000
|
2001
|
2002
|
|
Asia Tenggara
|
3,8
|
5,9
|
1,9
|
3,4
|
Philipina
|
3,4
|
4
|
3,4
|
4
|
Indonesia
|
0,8
|
4,9
|
3,3
|
3,7
|
Malaysia
|
6,1
|
8,3
|
0,4
|
4,2
|
Singapura
|
6,9
|
10,3
|
2
|
3,7
|
Thailand
|
4,4
|
4,6
|
1,8
|
2,5
|
Vietnam
|
4,7
|
6,1
|
5,8
|
6,2
|
Pada tahun 1999, Thailand yang mengalami krisis yang sama dapat
menumbuhkan ekonomi yang lebih tinggi dari Indonesia.
Perbandingan Pendapatan nasional bruto antar negara sebelum dan setelah
krisis ekonomi.
Negara
|
1997
|
1998
|
1999
|
2000
|
2001
|
China
|
710
|
740
|
780
|
840
|
890
|
India
|
420
|
420
|
440
|
450
|
460
|
Indonesia
|
1.088
|
640
|
580
|
570
|
680
|
Jepang
|
39.390
|
33.720
|
33.350
|
35.620
|
35.990
|
Korsel
|
11.390
|
8.740
|
8.480
|
8.960
|
9.400
|
Malaysia
|
4.600
|
3.360
|
3.370
|
3.370
|
3.640
|
Pakistan
|
480
|
460
|
450
|
440
|
420
|
Philipina
|
1.240
|
1,090
|
1.050
|
1.040
|
1.050
|
Thailand
|
2.780
|
2.110
|
2.000
|
2.010
|
1.970
|
Vietnam
|
340
|
350
|
370
|
390
|
410
|
Sebelum krisis PNB Indonesia lebih tinggi dari China, tapi setelah
krisis Indonesia dibawah China, sebagai akibat kredit macet antar bank,
produksi industry manufaktur menurun tajam, sehingga pertumbuhan ekonomi
mengalami pertumbuhan negative (menurun).
Sektor
|
1995
|
1996
|
1997
|
1998
|
1999
|
2000
|
2001
|
Pertanian
|
4,4
|
3,1
|
1
|
-0,7
|
2,1
|
1,7
|
2,2
|
Pertamb.
& Penggalian
|
6,7
|
6,3
|
2,1
|
-2,8
|
-1,7
|
2,3
|
2,5
|
Industri
manufaktur
|
10,9
|
11,6
|
5,3
|
-11,4
|
2,6
|
6,2
|
6,3
|
Listrik,
Gas & air bersih
|
15,9
|
13,6
|
12,4
|
2,6
|
8,2
|
8,8
|
5,8
|
Bangunan
|
12,9
|
13,6
|
12,4
|
2,6
|
8,2
|
8,8
|
5,8
|
Perdag.
Hotel & Resto
|
7,9
|
8,2
|
5,8
|
-18
|
-0,4
|
5,7
|
3,4
|
Pengangkutan
& Komunikasi
|
8,5
|
8,7
|
7
|
-15,1
|
-0,7
|
9,4
|
3,8
|
Keuangan,
Sewa dan Jasa perusahaan
|
11
|
6
|
5,9
|
-26,6
|
-8,1
|
4,7
|
3,6
|
Jasa-jasa
|
3,3
|
3,4
|
3,6
|
-3,8
|
1,8
|
2,2
|
2,7
|
PDB
|
8,2
|
7,8
|
4,7
|
-13,1
|
0,8
|
4,9
|
3,3
|
Perumbuhan Riil Komponen Aggregate Demand
Sektor
|
1995
|
1996
|
1997
|
1998
|
1999
|
2000
|
2001
|
2002
|
C
|
16,86
|
9,72
|
8,09
|
-6,4
|
2,97
|
3,63
|
5,94
|
4,72
|
G
|
1,34
|
2,69
|
0,06
|
-15,37
|
0,69
|
6,49
|
8,24
|
12,79
|
I
|
13,99
|
14,51
|
8,57
|
-33,01
|
-19,94
|
17,91
|
3,96
|
-0,19
|
X
|
9,64
|
7,56
|
7,8
|
11,18
|
-31,61
|
16,06
|
1,88
|
-1,24
|
M
|
27,06
|
6,68
|
14,72
|
-5,29
|
-40,68
|
18,18
|
8,05
|
-16,50
|
Kondisi perekonomian
pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat baik. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia
pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.
Bank Indonesia (BI)
memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-6 persen pada
2010 dan meningkat menjadi 6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian prospek
ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula.
Sementara itu,
pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor
eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada
triwulan IV-2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17
persen dan masih berlanjut pada Januari 2010.
Salah satu penyebab
utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan pemerintah
yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang
Negara.Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun terakhir membawa perubahan
yang signifikan terhadap persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun
masalah-masalah besar lain masih tetap ada. Pertama, pertumbuhan makroekonomi
yang pesat belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat secara menyeluruh.
Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas ekonominya yang tinggi dan kota-kota
besar lain di Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak
warga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Tingkat pertumbuhan
ekonomi periode 2005-2007 yang dikelola pemerintahan SBY-JK relatif lebih baik
dibanding pemerintahan selama era reformasi dan rata-rata pemerintahan Soeharto
(1990-1997) yang pertumbuhan ekonominya sekitar 5%. Tetapi, dibanding kinerja
Soeharto selama 32 tahun yang pertumbuhan ekonominya sekitar 7%, kinerja
pertumbuhan ekonomi SBY-JK masih perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era
Soeharto tertinggi terjadi pada tahun 1980 dengan angka 9,9%. Rata-rata
pertumbuhan ekonomi pemerintahan SBY-JK selama lima tahun menjadi 6,4%, angka
yang mendekati target 6,6%
Kebijakan menaikkan
harga BBM 1 Oktober 2005, dan sebelumnya Maret 2005, ternyata berimbas pada
situasi perekonomian tahun-tahun berikutnya. Pemerintahan SBY-JK memang harus
menaikkan harga BBM dalam menghadapi tekanan APBN yang makin berat karena
lonjakan harga minyak dunia. Kenaikan harga BBM tersebut telah mendorong
tingkat inflasi Oktober 2005 mencapai 8,7% (MoM) yang merupakan puncak tingkat
inflasi bulanan selama tahun 2005 dan akhirnya ditutup dengan angka 17,1% per
Desember 30, 2005 (YoY). Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan biaya
transportasi lebih 40% dan harga bahan makanan 18%.Core inflation pun
naik menjadi 9,4%, yang menunjukkan kebijakan Bank Indonesia (BI) sebagai
pemegang otoritas moneter menjadi tidak sepenuhnya efektif. Inflasi yang
mencapai dua digit ini jauh melampaui angka target inflasi APBNP II tahun 2005
sebesar 8,6%. Inflasi sampai bulan Februari 2006 (YoY) masih amat tinggi
17,92%, bandingkan dengan Februari 2005 (YoY) 7,15% atau Februari 2004 (YoY)
yang hanya 4,6%.
Efek inflasi tahun
2005 cukup berpengaruh terhadap tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), yang menjadi referensi suku bunga simpanan di dunia perbankan.
Data Harga Bahan
Bakar Minyak 2004 vs 2009 (Naik)
Harga
|
2004
|
2009
|
Catatan
|
Minyak Mentah Dunia
/ barel
|
~ USD 40
|
~ USD 45
|
Harga hampir sama
|
Premium
|
Rp 1810
|
Rp 4500
|
Naik 249%
|
Minyak Solar
|
Rp 1890
|
Rp 4500
|
Naik 238%
|
Minyak Tanah
|
Rp 700
|
Rp 2500
|
Naik 370%
|
Dengan kondisi harga
minyak yang sudah turun dibawah USD 50 per barel, namun harga jual premium yang
masih Rp 4500 per liter (sedangkan harga ekonomis ~Rp 3800 per liter). Maka
sangat ironis bahwa dalam kemiskinan, para supir angkot harus mensubsidi setiap
liter premium yang dibelinya kepada pemerintah. Sungguh ironis ditengah kelangkaan
minyak tanah, para nelayan turut mensubsidi setiap liter solar yang dibelinya
kepada pemerintah. Dalam kesulitan ekonomi global, pemerintah bahkan memperoleh
keuntungan Rp 1 triluin dari penjualan premium dan solar kepada rakyatnya
sendiri. Inilah sejarah yang tidak dapat dilupakan. Selama lebih 60 tahun
merdeka, pemerintah selalu membantu rakyat miskin dengan menjual harga minyak
yang lebih ekonomis (dan rendah), namun sekarang sudah tidak lagi rakyatlah
yang mensubsidi pemerintah.
Berdasarkan janji kampanye
dan usaha untuk merealisasikan kesejahteraan rakyat, pemerintah SBY-JK selama 4
tahun belum mampu memenuhi target janjinya yakni pertumbuhan ekonomi rata-rata
di atas 6.6%. Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu meningkatkan
pertumbuhan rata-rata 5.9% padahal harga barang dan jasa (inflasi) naik di atas
10.3%. Ini menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal mensejahterakan
rakyat. Tidak ada prestasi yang patut diiklankan oleh Demokrat di bidang
ekonomi.
Pertumbuhan
|
Janji Target
|
Realisasi
|
Keterangan
|
2004
|
ND
|
5.1%
|
|
2005
|
5.5%
|
5.6%
|
Tercapai
|
2006
|
6.1%
|
5.5%
|
Tidak tercapai
|
2007
|
6.7%
|
6.3%
|
Tidak tercapai
|
2008
|
7.2%
|
6.2%
|
Tidak tercapai
|
2009
|
7.6%
|
~5.0%
|
Tidak tercapai *
|
Tingkat Inflasi
2004-2009 (Naik)
Secara alami, setiap
tahun inflasi akan naik. Namun, pemerintah akan dikatakan berhasil secara makro
ekonomi jika tingkat inflasi dibawah angka pertumbuhan ekonomi. Dan faktanya
adalah inflasi selama 4 tahun2 kali lebih besar dari pertumbuhan ekonomi.
Tingkat Inflasi
|
Janji Target
|
Fakta
|
Catatan Pencapaian
|
2004
|
6.4%
|
||
2005
|
7.0%
|
17.1%
|
Gagal
|
2006
|
5.5%
|
6.6%
|
Gagal
|
2007
|
5.0%
|
6.6%
|
Gagal
|
2008
|
4.0%
|
11.0%
|
Gagal
|
Selama 4 tahun
pemerintahan, Demokrat yang terus mendukung SBY tidak mampu mengendalikan harga
barang dan jasa sesuai dengan janji yang tertuang dalam kampanye dan RPM
yakni rata-rata mengalami inflasi 5.4% (2004-2009) atau 4.9% (2004-2008).
Fakta yang terjadi adalah harga barang dan jasa meroket dengan tingkat inflasi
rata-rata 10.3% selama periode 2004-2008. Kenaikan harga barang dan jasa melebihi
200% dari target semula.
D. Faktor-Faktor Penentu
Prospek Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Product
Domestic Bruto (PDB) Indonesia diproyeksikan menjadi Rp 4.200 triliun pada
2008. Sektor yang diharapkan untuk mendorong pertumbuhan PDB tersebut dari sektor
konsumsi dan proyek infrastruktur. PDB 2008 sekitar Rp. 4.200 triliun. Yang
paling mendorong itu konsumsi. Konsumsi adalah 60 persen, pemerintah menaruh
pertumbuhan ekonomi itu didukung dengan kebijakan fiskal. Sedangkan PDB
Indonesia pada 2007 diperkirakan mencapai Rp. 3.531,08 triliun.Konsumsi
masyarakat yang pada titik kritis saat ini akibat menurunnya daya beli. Karena
itu, pemerintah tengah menyiapkan program yang dapat meningkatkan pendapatan
riil masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Selain itu, pemerintah juga akan
mengurangi tingkat suku bunga dan inflasi.
Penerimaan
naik itu tidak ada artinya jika inflasinya tinggi. Selain itu, harga
terkendali, sehingga akhirnya income riil naik.Titik kritis yang lain adalah
investasi. Untuk mencapai pertumbuhan PDB pada level tersebut, diperlukan
investasi lebih dari Rp. 1.000 triliun. Jumlah kebutuhan investasi untuk
mendorong infrastruktur. Jika investasi itu naik, maka akan terjadi akselerasi
dan akhirnya menciptakan lapangan pekerjaan. Sehingga pemerintah dalan
mengalokasikan jumlah anggaran yang cukup signifikan dalam belanja
infrastruktur.Anggaran untuk infrastruktur itu, dapat disebar di departemen
teknis antara lain Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Perhubungan.
Pemerintah yang punya anggaran belanja modal, akan menggunakannya untuk belanja
irigasi, bandara, pelabuhan, kereta api.Selain mengalokasikan anggaran yang
meningkat signifikan untuk pembangunan infrastruktur, pemerintah juga mendorong
investasi swasta melalui skema Public Private Partnership (PPP) untuk beberapa
proyek seperti infrastruktur listik, pengadaan jalan, bandara dan pelabuhan.
Menurut
Anggito, pemerintah akan melakukan pembagian risiko terhadap pihak swasta.
Investasi juga akan
dibentuk dari perbankan, PMDN, PMA, pasar modal, dan keuntungan perusahaan yang
diinvestasikan. "Jadi dari sumber-sumber itu sudah masuk pipeline untuk
bisa mendukung investasi yang memadai untuk 2008. Semua itu cukup untuk
mendukung pertumbuhan 6,8 persen.Konsumsi, investasi, ditambah kinerja ekspor
yang masih cukup baik, mampu membentuk PDB menjadi Rp 4.200 triliun.
Sebelumnya, ekonomi pada 2008 ditargetkan tumbuh 6,8 persen. Asumsi tersebut
juga memperhatikan proyeksi pencapaian 2007 yang diprediksi hanya akan mencapai
6,1 persen. Untuk mengejar target 2008 itu, beberapa indikator pendorong
pertumbuhan mesti dipenuhi yaitu konsumsi rumah tangga harus tumbuh 5,9 persen,
konsumsi pemerintah 6,2 persen, investasi 15,5 persen, ekspor 12,7 persen, dan
impor 17,8 persen. Sedangkan Standard Chartered Bank (SCB) memprediksi
pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) tahun 2008 hanya 6,3%.
Angka ini jauh lebih rendah dari target PDB dalam APBN 2008 sebesar 6,8%.
Setelah
terpengaruh oleh dampak peningkatan tajam harga minyak dan tingkat suku bunga di
tahun 2005, ekonomi Indonesia berangsur pulih dan perkembangannya cenderung
meningkat dari 5,5% di tahun 2006 menjadi 6,1% di tahun 2007 dan 6,3% di tahun
2008. Angka PDB SCB ini sudah memperhitungkan prediksi adanya perlambatan
ekonomi global di 2008. Tingginya harga minyak dunia merupakan ancaman bagi
pertumbuhan. Dan PDB SCB memperkirakan harga minyak akan turun di 2008 seiring
dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Sementara menjelang Pemilu
2009 terlihat prospek pertumbuhan ekonomi. Ini karena pemerintah akan
meningkatkan belanja untuk infrastruktur, mempercepat program infrastruktur.
Angka pertumbuhan ekonomi 2008 dalam APBN sebesar 6,8% menurut Bank Indonesia
(BI) adalah angka yang paling optimistis. BI sendiri untuk tahun 2008 lebih
memilih target yang aman di kisaran 6,2-6,8 persen. Dalam APBN 2008,
pertumbuhan ekonomi yang sebesar 6,8 persen memakai asumsi inflasi sebesar 6
persen, defisit anggaran 1,7 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp
9.820, bunga SBI 3 bulan 7,5 persen dan harga minyak US$ 60 per barel. Produksi
minyak 1,034 juta barel per hari.
E. PERUBAHAN STRUKTUR
EKONOMI
Istilah Kuznets, perubahan
struktur ekonomi disebut transpormasi struktural, artinya rangkaian perubahan
yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi AD, perdagangan
luar negeri (ekspor dan impor), AS (produksi dan penggunaan faktor produksi
yang diperlukan guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan (Chenery, 1979)
Teori dan Bukti Empiris
Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan
pada mekanisme transpormasi ekonomi yang ditandai oleh LDCs, yang semula lebih
bersifat subsistence dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke
struktur perekonomian yang lebih modern, yang didominasi oleh sektor-sektor
nonprimer. Ada 2 teori yang umum digunakan dalam penganalisis perubahan
struktur ekonomi.
Teori Migrasi (Arthus Lewis)
bahwa ekonomi suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi
2 yaitu: Perekonomian Tradisional dipedesaan yang didominasi oleh sektor
pertanian Perekonomian Modern diperkotaan dengan industri sebagai sektor utama.
Di pedesaan karena pertumbuhan penduduknay tinttgi, maka terjadi kelebihan L
dan tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi subsistence. Kelebihan L ini
ditandai dengan produk marjinalnya yang nilainya nol dan tingkat upah riil (w)
yang rendah. Rumus ini juga berlaku bagi perekonomian Modern.
Rumusnya :
LPD = Fd(WP’ YP) (2,25)
LPS = Fs(wp) (2,26)
LPD = LPD = LP (2,27)
Persamaan (2,25), permintaan L (LPD) yang merupakan suatu
fungsi negatif dari tingkat upah (wp) (Fd’wp>0) dan positif dari volume
produksi pertanian (Yp) (Fd’Yp>0). Persamaan (2,26) , penawaran L (LPS) yang
merupakan suatu fungsi positif dari tengkat upah (Fw’wp). Sedang persamaan
(2,27) mencermintakn keseimbangan di pasar L, yang menghasilkan tingkat w (W
setelah dikoreksi dengan inflasi) dan jumlah L tertentu.
Teori Transpormasi struktural (Hollis Chenery)
Teori ini mempokuskan pada perubahan struktur dalam
tahapan proses perubahan ekonomi di LDCs, yang mengalami transportasi dari
pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama penggerak
pertumbuhan ekonomi.
Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan
PDB yang merupakan total pertumbuhan NT dari semua sektor ekonomi dapat
dijelaskan dengan industri dan pertanian NTB masing-masing, yakni NTBi dan NTBp
yang membentuk PDB :
PDB = NTBi + NTBBerdasarkan model ini, kenaikan produksi
sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan jumlah empat faktor
berikut :
1.Kenaikan permintaan domestik, yang memuat permintaan
langsung untuk produk industri manufaktur plus efek tidak langsung dari
kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya terhadap
industri manufaktur.
2.Perluasan ekspor atau efek ttal dari kanaikan jumlah
ekspor terhadap produk idustri manufaktur.
3.Substitusi impor atau efek total dari kenaikan proporsi
permintaan di tiap sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output
industri manufaktur.
3.Perubahan teknologi, atau efek total dari perubahan
koefisien infut-outfut di dalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat
pendapatan terhadap sektor industri manufaktur.
Faktor-faktor internal yang membedakan kelompok LDCs yang
mengalami transisi ekonomi yang sangat pesat, yaitu:
a. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri
b. Besarnya pasar dalam negeri
c. Pola distribusi pendapatan
d. Karakteristik dari industrialisasi
e. Keberadaan SDA
f. Kebijakan perdagangan luar negeri
.CONTOH KASUS
1.BI
Bank
Indonesia memproyeksikan angka pertumbuhan ekonomi nasional pada 2017 sebesar
5,2%-5,6% atau lebih rendah dari asumsi pemerintah sebesar 5,3%-5,9%.
Meski
demikian, Gubernur BI DW Agus Martowardojo mengatakan proyeksi pencapaian
Produk Domestik Bruto (PDB) 2017 itu lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi
tahun ini yang hanya 5,0%-5,4%.
Tahun
depan, dia meyakini kondisi ekonomi akan lebih baik seiring dengan pertumbuhan
ekonomi global yang diprediksi BI mencapai 3,3% atau lebih tinggi dari tahun
ini 3,1%.
Peningkatan
kinerja ekpor diharapkan memberikan sentimen positif bagi perekonomian
domestik. Permintaan investasi juga diperkirakan semakin berkembang baik
bangunan dan nonbangunan.
"Proyek
percepatan pembangunan infrastruktur dan implementasi paket kebijakan
pemerintah mulai terealisasi khususnya daya saing dan iklim investasi,"
katanya dalam paparan di Badan Anggaran DPR, Senin (6/6/2016).
Dia
menuturkan konsumsi rumah tangga di tahun ini masih cukup kuat dan menjadi
penopang pertumbuhan ekonomi dengan didukung perkembangan harga yang terjaga dan
kenaikan konsumsi nonpangan
Proyeksi
pencapaian laju inflasi pada kisaran 4% +/-1% tahun ini juga menjadi dasar
asumsi makro BI pada tahun depan.
Sementara
itu, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terapresiasi 1,42% year
to date ke Rp13.592
per 3 Juni 2016 didukung persepsi positif pertumbuhan ekonomi domestik dan
pasokan valuta asing berorientasi ekspor.
Agus
menaruh perkiraan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tahun depan sebesar
Rp13.600-Rp13.900 atau lebih tinggi dari tahun ini Rp13.500-Rp13.800.
"Tahun
depan masih menunggu normalisasi ekonomi di AS dan China. Sentimen kenaikan Fed
Fund Rate juga," ucapnya.
2.PERTUMBUHAN EKONOMI
Berdasarkan
asumsi APBN 2017 maka diproyeksikan bahwa pada tahun 2017 Indonesia akan tumbuh
sebesar 5.1% dengan tingkat inflasi yang terjaga. "Pertumbuhan yang lebih
tinggi didorong oleh reformasi fiskal melalui pengurangan subsidi dan
penargetannya yang lebih baik serta strategi penerimaan jangka menengah yang
fokus pafa keberlanjutan. Kemudian kita perlu melanjutkan reformasi struktural
Paket Kebijakan Ekonomi Tahap 2."jelas Darmin.
Peningkatan
daya saing industri sendiri dijelaskan oleh Menteri Darmin dilakukan melalui
hilirisasi industri. Dimana akselerasi industrialisasi dilakukan melalui
pengembangan perwilayahan industri di luar Jawa, Pertumbuhan populasi industri
dan peningkatan produktivitas serta daya saing. Terutama untuk industri kimia,
tekstil, dan aneka; industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronika;
dan industri argo.
DAFTAR PUSTAKA
-http://www.artikelsiana.com/2014/11/pengertian-produk-domestik-bruto-pdb.html
- kuswanto.staff.gunadarma.ac.id
- http://utamiwijayanti12.blogspot.co.id/2015/06/pdb-pertumbuhan-dan-perubahan-struktur.html
KABAR BAIK!!!
BalasHapusNama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.
Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.