Selasa, 14 Maret 2017

Produk Domestik Bruto, Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi


 A.PRODUK DOMESTIK BRUTO

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Produk (GDP) adalah jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi pada suatu daerah di saat tertentu. Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan alat pengukur dari pertumbuhan ekonomi dimana alat pengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB, PDB perkapita dan Pendapatan per jam Kerja. Sebagai alat pengukur dalam pertumbuhan ekonomi PDB memiliki rumus dalam mencari PDB  dan PDB juga memiliki empat komponen sebagai berikut... 

Komponen-Komponen Produk Domestik Bruto
a. Konsumsi rumah tangga
b. Investasi
c. Konsumsi pemerintah
d. Ekspor bersih, yang merupakan selisih dari total ekspor dan impor. 

Rumus Mencari PDB
Berdasarkan komponen-komponen tersebut, maka dirumuskan seperti dibawah ini..
PDB = C + I + G + (X-M) 
Keterangan : 
C : Konsumsi rumah tangga
I  : Investasi
G : Konsumsi pemerintah 
X : Ekspor 
M : Impor 

Dari rumus tersebut, dapat dijelaskan bahwa apabila konsumsi bertambah makan akan berpengaruh pada PDB yang akan meningkat pula. Begitu juga dengan Investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor bersih apabila mengalami peningkatan maka jumlah PDB akan meningkat, hal ini dikarenakan komponen-komponen tersebut berada dalam satu fungsi linier. Oleh karena itu, setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan nilai ekspor bersih. 

Secara kasar PDB dapat dijadikan ukuran kesejahteraan ekonomi suatu negara, akan tetapi ukuran ini tidak terlalu tepat. Mengapa dikatakan tidak tepat karena jika hanya melihat PDB, perhitungan tersebut masih mengabaikan faktor jumlah penduduk. 

B.PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi merupakan penambahan GDP, sehingga terjadi peningkatan national income.

Pertumbuhan                        Peningkatan                         Peningkatan
   Jumlah                  🠊             National               🠊            Kebutuhan
 Penduduk                                Income                               Sehari-hari 



 National income dapat merujuk pada GDP, GNP atau NNP (Net national Product)
GNP = GDP + F, dimana F = pendapatan neto atas faktor luar negeri
NNP = GNP – D, dimana D = depresiasi
NP = NNP – Ttl, dimana Ttl = pajak tidak langsung neto.

GDP = NP + Ttl + D – F
NP = GDP + F – D- Ttl



Pendekatan pengukuran GDP:
a)    Pendekatan sisi penawaran agregat yang mencakup:
·   Pendekatan produksi. PDB=jumlah nilai output (NO) dari semua sector ekonomi atau lapangan usaha
BPS membagi ekonomi nasional dalam sektor:
a)          Pertanian
b)          Pertambangan dan penggalian
c)          Industri manufaktur
d)          Listrik, gas, dan air bersih
e)          Bangunan
f)           Perdagangan, hotel dan restoran
g)          Pengangkutan dan komunikasi
h)          Keuangan, sewa dan jasa perusahaan
i)            Jasa-jasa

b)    Pendekatan sisi permintaan agregat yakni pendekatan pengeluaran
PDB=C +  I + G + X - M

Sumber pertumbuhan:
Permintaan agregat

 




 Kurva AD bergeser kekanan berarti peningkatan permintaan C, I, G (X-M).
PDB=C +  I + G + X - M
C = cY + Ca
I = -ir + Ia
G = Ga, Pengeluaran pemerintah berifat otonom, besar kecilnya tidak ditentukan oleh factor dalam model, tapi oleh factor lain spt politik.
X = Xa, pertumbuhan ekspor ditentukan oleh factor eksternal
M = mY +Ma





a)    Penawaran agregat.
 

 


 Pertumbuhan output disebabkan oleh peningkatan volume FP (Tenaga kerja, Kapital, Tanah) sebagai akibat dari peningkatan produktivitas.
Q = f (X1, X2, .. Xn), dimana X = FP

Teori dan Model Pertumbuhan.

a)    Teori dan model pertumbuhan Neoklasik.
Memfokuskan pada efek akumulasi K dan penambahan TK.
Semakin meningkat jumlah FP (TK dan kapital) pada tingkat produktivitas tidak berubah, maka semakin meningkat pertumbuhan output.  Persentase pertumbuhan output dapat:
·      Lebih besar daripada persentase pertumbuhan jumlah FP (increasing return to scale)
·      Sama dengan persentase pertumbuhan jumlah FP (constant return to scale)
·      Lebih kecil dari persentase pertumbuhan jumlah FP (decreasing return to scale)
Asumsi: teknologi, ilmu pengetahuan, dan peningkatan kualitas input tidak diperhatikan (dianggap konstan)
Teori ini tidak berlaku untuk Jepang, Korea Selatan dan lain-lain yang memiliki SDA sedikit dapat menunjukkan laju pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan output mereka sebagai akibat dari produktivitas yang semakin meningkat.
Nafziger (1997) menyatakan bahwa Taiwan, Hongkong, Korea Selatan dan Singapura menunjukkan K per TK terhadap pertumbuhan eonomi mencapai 50% - 90% dan peran teknologi sebesar 10% - 50%.
b)    Teori modern (model pertumbuhan Endogen)
Teori moderan menyatakan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi:
·      FP yang mencakup TK, K, T, kewirausahaan, BB dan material,
·      Faktor lain yang mencakup infrastruktur,  hukum dan peraturan, stabilitas politik, kebijakan pemerintah, birokrasi, dan dasar tukar internasional.









C.Pertumbuhan Ekonomi selama Orde baru sampai Saat Ini

Selama tahun 1966 – 1997, pertumbuhan ekonomi relative tinggi dengan ukuran pendapatan nasional perkapita tahun 1968 sebesar US$ 60 dan akhir tahun 1980an sebesar US$ 500. Pertumbuhan ekonomi 7-8% selama tahun 1970an dan menurun 3 – 4% dalam tahun 198an. Perkonomian nasional bergantungan valas dari ekspor barang primer (minyak dan pertanian). Pemasukan valas ini bergantung pada:
a)    Kondisi pasar internasional komoditi tersebut.
b)    Harga komoditi tersebut
c)    Pertumbuhan ekonomi dunia (Jepang, USA dan Eropa merupakan pasar utama Indonesia).
 Pengaruh Resesi Dunia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.





 


Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi dunia (penurunan GPD).
Dampak resesi tahun 1982 terhadap laju pertumbuhan ekonomi tahun 1982 sampai 1988.
Krisis ekonomi akhir tahun 1997 berdampak pada pertumbuhan ekonomi:
Setelah krisis, pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara selama tahun 1999-2002.
Negara
Tahun
1999
2000
2001
2002
Asia Tenggara
3,8
5,9
1,9
3,4
Philipina
3,4
4
3,4
4
Indonesia
0,8
4,9
3,3
3,7
Malaysia
6,1
8,3
0,4
4,2
Singapura
6,9
10,3
2
3,7
Thailand
4,4
4,6
1,8
2,5
Vietnam
4,7
6,1
5,8
6,2

Pada tahun 1999, Thailand yang mengalami krisis yang sama dapat menumbuhkan ekonomi yang lebih tinggi dari Indonesia.


Perbandingan Pendapatan nasional bruto antar negara sebelum dan setelah krisis ekonomi.

Negara
1997
1998
1999
2000
2001
China
710
740
780
840
890
India
420
420
440
450
460
Indonesia
1.088
640
580
570
680
Jepang
39.390
33.720
33.350
35.620
35.990
Korsel
11.390
8.740
8.480
8.960
9.400
Malaysia
4.600
3.360
3.370
3.370
3.640
Pakistan
480
460
450
440
420
Philipina
1.240
1,090
1.050
1.040
1.050
Thailand
2.780
2.110
2.000
2.010
1.970
Vietnam
340
350
370
390
410

Sebelum krisis PNB Indonesia lebih tinggi dari China, tapi setelah krisis Indonesia dibawah China, sebagai akibat kredit macet antar bank, produksi industry manufaktur menurun tajam, sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan negative (menurun).



Sektor
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
Pertanian
4,4
3,1
1
-0,7
2,1
1,7
2,2
Pertamb. & Penggalian
6,7
6,3
2,1
-2,8
-1,7
2,3
2,5
Industri manufaktur
10,9
11,6
5,3
-11,4
2,6
6,2
6,3
Listrik, Gas & air bersih
15,9
13,6
12,4
2,6
8,2
8,8
5,8
Bangunan
12,9
13,6
12,4
2,6
8,2
8,8
5,8
Perdag. Hotel & Resto
7,9
8,2
5,8
-18
-0,4
5,7
3,4
Pengangkutan & Komunikasi
8,5
8,7
7
-15,1
-0,7
9,4
3,8
Keuangan, Sewa dan Jasa perusahaan
11
6
5,9
-26,6
-8,1
4,7
3,6
Jasa-jasa
3,3
3,4
3,6
-3,8
1,8
2,2
2,7
PDB
8,2
7,8
4,7
-13,1
0,8
4,9
3,3














Perumbuhan Riil Komponen Aggregate Demand

Sektor
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
C
16,86
9,72
8,09
-6,4
2,97
3,63
5,94
4,72
G
1,34
2,69
0,06
-15,37
0,69
6,49
8,24
12,79
I
13,99
14,51
8,57
-33,01
-19,94
17,91
3,96
-0,19
X
9,64
7,56
7,8
11,18
-31,61
16,06
1,88
-1,24
M
27,06
6,68
14,72
-5,29
-40,68
18,18
8,05
-16,50


Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-6 persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian prospek ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula.
Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada triwulan IV-2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17 persen dan masih berlanjut pada Januari 2010.
Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang Negara.Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun terakhir membawa perubahan yang signifikan terhadap persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain masih tetap ada. Pertama, pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak warga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 yang dikelola pemerintahan SBY-JK relatif lebih baik dibanding pemerintahan selama era reformasi dan rata-rata pemerintahan Soeharto (1990-1997) yang pertumbuhan ekonominya sekitar 5%. Tetapi, dibanding kinerja Soeharto selama 32 tahun yang pertumbuhan ekonominya sekitar 7%, kinerja pertumbuhan ekonomi SBY-JK masih perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era Soeharto tertinggi terjadi pada tahun 1980 dengan angka 9,9%. Rata-rata pertumbuhan ekonomi pemerintahan SBY-JK selama lima tahun menjadi 6,4%, angka yang mendekati target 6,6%
Kebijakan menaikkan harga BBM 1 Oktober 2005, dan sebelumnya Maret 2005, ternyata berimbas pada situasi perekonomian tahun-tahun berikutnya. Pemerintahan SBY-JK memang harus menaikkan harga BBM dalam menghadapi tekanan APBN yang makin berat karena lonjakan harga minyak dunia. Kenaikan harga BBM tersebut telah mendorong tingkat inflasi Oktober 2005 mencapai 8,7% (MoM) yang merupakan puncak tingkat inflasi bulanan selama tahun 2005 dan akhirnya ditutup dengan angka 17,1% per Desember 30, 2005 (YoY). Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan biaya transportasi lebih 40% dan harga bahan makanan 18%.Core inflation pun naik menjadi 9,4%, yang menunjukkan kebijakan Bank Indonesia (BI) sebagai pemegang otoritas moneter menjadi tidak sepenuhnya efektif. Inflasi yang mencapai dua digit ini jauh melampaui angka target inflasi APBNP II tahun 2005 sebesar 8,6%. Inflasi sampai bulan Februari 2006 (YoY) masih amat tinggi 17,92%, bandingkan dengan Februari 2005 (YoY) 7,15% atau Februari 2004 (YoY) yang hanya 4,6%.
Efek inflasi tahun 2005 cukup berpengaruh terhadap tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang menjadi referensi suku bunga simpanan di dunia perbankan.
Data Harga Bahan Bakar Minyak 2004 vs 2009 (Naik)
Harga
2004
2009
Catatan
Minyak Mentah Dunia / barel
~ USD 40
~ USD 45
Harga hampir sama
Premium
Rp 1810
Rp 4500
Naik 249%
Minyak Solar
Rp 1890
Rp 4500
Naik 238%
Minyak Tanah
Rp 700
Rp 2500
Naik 370%

Dengan kondisi harga minyak yang sudah turun dibawah USD 50 per barel, namun harga jual premium yang masih Rp 4500 per liter (sedangkan harga ekonomis ~Rp 3800 per liter). Maka sangat ironis bahwa dalam kemiskinan, para supir angkot harus mensubsidi setiap liter premium yang dibelinya kepada pemerintah. Sungguh ironis ditengah kelangkaan minyak tanah, para nelayan turut mensubsidi setiap liter solar yang dibelinya kepada pemerintah. Dalam kesulitan ekonomi global, pemerintah bahkan memperoleh keuntungan Rp 1 triluin dari penjualan premium dan solar kepada rakyatnya sendiri. Inilah sejarah yang tidak dapat dilupakan. Selama lebih 60 tahun merdeka, pemerintah selalu membantu rakyat miskin dengan menjual harga minyak yang lebih ekonomis (dan rendah), namun sekarang sudah tidak lagi rakyatlah yang mensubsidi pemerintah.
Berdasarkan janji kampanye dan usaha untuk merealisasikan kesejahteraan rakyat, pemerintah SBY-JK selama 4 tahun belum mampu memenuhi target janjinya yakni pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6.6%. Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu meningkatkan pertumbuhan rata-rata 5.9% padahal harga barang dan jasa (inflasi) naik di atas 10.3%. Ini menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal mensejahterakan rakyat. Tidak ada prestasi yang patut diiklankan oleh Demokrat di bidang ekonomi.
Pertumbuhan
Janji Target
Realisasi
Keterangan
2004
ND
5.1%
2005
5.5%
5.6%
Tercapai
2006
6.1%
5.5%
Tidak tercapai
2007
6.7%
6.3%
Tidak tercapai
2008
7.2%
6.2%
Tidak tercapai
2009
7.6%
~5.0%
Tidak tercapai *


Tingkat Inflasi 2004-2009 (Naik)
Secara alami, setiap tahun inflasi akan naik. Namun, pemerintah akan dikatakan berhasil secara makro ekonomi jika tingkat inflasi dibawah angka pertumbuhan ekonomi. Dan faktanya adalah inflasi selama 4 tahun2 kali lebih besar  dari pertumbuhan ekonomi.
Tingkat Inflasi
Janji Target
Fakta
Catatan Pencapaian
2004
6.4%
2005
7.0%
17.1%
Gagal
2006
5.5%
6.6%
Gagal
2007
5.0%
6.6%
Gagal
2008
4.0%
11.0%
Gagal
Selama 4 tahun pemerintahan, Demokrat yang terus mendukung SBY tidak mampu mengendalikan harga barang dan jasa sesuai dengan janji yang tertuang dalam kampanye dan RPM yakni  rata-rata mengalami inflasi 5.4% (2004-2009) atau 4.9% (2004-2008). Fakta yang terjadi adalah harga barang dan jasa meroket dengan tingkat inflasi rata-rata 10.3% selama periode 2004-2008. Kenaikan harga barang dan jasa melebihi 200% dari target semula.





D. Faktor-Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Product Domestic Bruto (PDB) Indonesia diproyeksikan menjadi Rp 4.200 triliun pada 2008. Sektor yang diharapkan untuk mendorong pertumbuhan PDB tersebut dari sektor konsumsi dan proyek infrastruktur. PDB 2008 sekitar Rp. 4.200 triliun. Yang paling mendorong itu konsumsi. Konsumsi adalah 60 persen, pemerintah menaruh pertumbuhan ekonomi itu didukung dengan kebijakan fiskal. Sedangkan PDB Indonesia pada 2007 diperkirakan mencapai Rp. 3.531,08 triliun.Konsumsi masyarakat yang pada titik kritis saat ini akibat menurunnya daya beli. Karena itu, pemerintah tengah menyiapkan program yang dapat meningkatkan pendapatan riil masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Selain itu, pemerintah juga akan mengurangi tingkat suku bunga dan inflasi.

Penerimaan naik itu tidak ada artinya jika inflasinya tinggi. Selain itu, harga terkendali, sehingga akhirnya income riil naik.Titik kritis yang lain adalah investasi. Untuk mencapai pertumbuhan PDB pada level tersebut, diperlukan investasi lebih dari Rp. 1.000 triliun. Jumlah kebutuhan investasi untuk mendorong infrastruktur. Jika investasi itu naik, maka akan terjadi akselerasi dan akhirnya menciptakan lapangan pekerjaan. Sehingga pemerintah dalan mengalokasikan jumlah anggaran yang cukup signifikan dalam belanja infrastruktur.Anggaran untuk infrastruktur itu, dapat disebar di departemen teknis antara lain Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Perhubungan. Pemerintah yang punya anggaran belanja modal, akan menggunakannya untuk belanja irigasi, bandara, pelabuhan, kereta api.Selain mengalokasikan anggaran yang meningkat signifikan untuk pembangunan infrastruktur, pemerintah juga mendorong investasi swasta melalui skema Public Private Partnership (PPP) untuk beberapa proyek seperti infrastruktur listik, pengadaan jalan, bandara dan pelabuhan.

Menurut Anggito, pemerintah akan melakukan pembagian risiko terhadap pihak swasta.
Investasi juga akan dibentuk dari perbankan, PMDN, PMA, pasar modal, dan keuntungan perusahaan yang diinvestasikan. "Jadi dari sumber-sumber itu sudah masuk pipeline untuk bisa mendukung investasi yang memadai untuk 2008. Semua itu cukup untuk mendukung pertumbuhan 6,8 persen.Konsumsi, investasi, ditambah kinerja ekspor yang masih cukup baik, mampu membentuk PDB menjadi Rp 4.200 triliun. Sebelumnya, ekonomi pada 2008 ditargetkan tumbuh 6,8 persen. Asumsi tersebut juga memperhatikan proyeksi pencapaian 2007 yang diprediksi hanya akan mencapai 6,1 persen. Untuk mengejar target 2008 itu, beberapa indikator pendorong pertumbuhan mesti dipenuhi yaitu konsumsi rumah tangga harus tumbuh 5,9 persen, konsumsi pemerintah 6,2 persen, investasi 15,5 persen, ekspor 12,7 persen, dan impor 17,8 persen. Sedangkan Standard Chartered Bank (SCB) memprediksi pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) tahun 2008 hanya 6,3%. Angka ini jauh lebih rendah dari target PDB dalam APBN 2008 sebesar 6,8%.

Setelah terpengaruh oleh dampak peningkatan tajam harga minyak dan tingkat suku bunga di tahun 2005, ekonomi Indonesia berangsur pulih dan perkembangannya cenderung meningkat dari 5,5% di tahun 2006 menjadi 6,1% di tahun 2007 dan 6,3% di tahun 2008. Angka PDB SCB ini sudah memperhitungkan prediksi adanya perlambatan ekonomi global di 2008. Tingginya harga minyak dunia merupakan ancaman bagi pertumbuhan. Dan PDB SCB memperkirakan harga minyak akan turun di 2008 seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Sementara menjelang Pemilu 2009 terlihat prospek pertumbuhan ekonomi. Ini karena pemerintah akan meningkatkan belanja untuk infrastruktur, mempercepat program infrastruktur. Angka pertumbuhan ekonomi 2008 dalam APBN sebesar 6,8% menurut Bank Indonesia (BI) adalah angka yang paling optimistis. BI sendiri untuk tahun 2008 lebih memilih target yang aman di kisaran 6,2-6,8 persen. Dalam APBN 2008, pertumbuhan ekonomi yang sebesar 6,8 persen memakai asumsi inflasi sebesar 6 persen, defisit anggaran 1,7 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp 9.820, bunga SBI 3 bulan 7,5 persen dan harga minyak US$ 60 per barel. Produksi minyak 1,034 juta barel per hari.




E. PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

Istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi disebut transpormasi struktural, artinya rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi AD, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), AS (produksi dan penggunaan faktor produksi yang diperlukan guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Chenery, 1979)

Teori dan Bukti Empiris
Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transpormasi ekonomi yang ditandai oleh LDCs, yang semula lebih bersifat subsistence dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer. Ada 2 teori yang umum digunakan dalam penganalisis perubahan struktur ekonomi.

Teori Migrasi (Arthus Lewis)
bahwa ekonomi suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi 2 yaitu: Perekonomian Tradisional dipedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian Perekonomian Modern diperkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di pedesaan karena pertumbuhan penduduknay tinttgi, maka terjadi kelebihan L dan tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi subsistence. Kelebihan L ini ditandai dengan produk marjinalnya yang nilainya nol dan tingkat upah riil (w) yang rendah. Rumus ini juga berlaku bagi perekonomian Modern.
Rumusnya :
LPD = Fd(WP’ YP) (2,25)
LPS = Fs(wp) (2,26)
LPD = LPD = LP (2,27)
Persamaan (2,25), permintaan L (LPD) yang merupakan suatu fungsi negatif dari tingkat upah (wp) (Fd’wp>0) dan positif dari volume produksi pertanian (Yp) (Fd’Yp>0). Persamaan (2,26) , penawaran L (LPS) yang merupakan suatu fungsi positif dari tengkat upah (Fw’wp). Sedang persamaan (2,27) mencermintakn keseimbangan di pasar L, yang menghasilkan tingkat w (W setelah dikoreksi dengan inflasi) dan jumlah L tertentu.
Teori Transpormasi struktural (Hollis Chenery)
Teori ini mempokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di LDCs, yang mengalami transportasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan PDB yang merupakan total pertumbuhan NT dari semua sektor ekonomi dapat dijelaskan dengan industri dan pertanian NTB masing-masing, yakni NTBi dan NTBp yang membentuk PDB :

PDB = NTBi + NTBBerdasarkan model ini, kenaikan produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan jumlah empat faktor berikut :
1.Kenaikan permintaan domestik, yang memuat permintaan langsung untuk produk industri manufaktur plus efek tidak langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya terhadap industri manufaktur.
2.Perluasan ekspor atau efek ttal dari kanaikan jumlah ekspor terhadap produk idustri manufaktur.
3.Substitusi impor atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan di tiap sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output industri manufaktur.
3.Perubahan teknologi, atau efek total dari perubahan koefisien infut-outfut di dalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat pendapatan terhadap sektor industri manufaktur.

Faktor-faktor internal yang membedakan kelompok LDCs yang mengalami transisi ekonomi yang sangat pesat, yaitu: 
a. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri
b. Besarnya pasar dalam negeri
c. Pola distribusi pendapatan
d. Karakteristik dari industrialisasi
e. Keberadaan SDA
f. Kebijakan perdagangan luar negeri

.CONTOH KASUS
1.BI
Bank Indonesia memproyeksikan angka pertumbuhan ekonomi nasional pada 2017 sebesar 5,2%-5,6% atau lebih rendah dari asumsi pemerintah sebesar 5,3%-5,9%.

Meski demikian, Gubernur BI DW Agus Martowardojo mengatakan proyeksi pencapaian Produk Domestik Bruto (PDB) 2017 itu lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi tahun ini yang hanya 5,0%-5,4%.

Tahun depan, dia meyakini kondisi ekonomi akan lebih baik seiring dengan pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi BI mencapai 3,3% atau lebih tinggi dari tahun ini 3,1%.
Peningkatan kinerja ekpor diharapkan memberikan sentimen positif bagi perekonomian domestik. Permintaan investasi juga diperkirakan semakin berkembang baik bangunan dan nonbangunan.

"Proyek percepatan pembangunan infrastruktur dan implementasi paket kebijakan pemerintah mulai terealisasi khususnya daya saing dan iklim investasi," katanya dalam paparan di Badan Anggaran DPR, Senin (6/6/2016).
Dia menuturkan konsumsi rumah tangga di tahun ini masih cukup kuat dan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi dengan didukung perkembangan harga yang terjaga dan kenaikan konsumsi nonpangan

Proyeksi pencapaian laju inflasi pada kisaran 4% +/-1% tahun ini juga menjadi dasar asumsi makro BI pada tahun depan.

Sementara itu, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terapresiasi 1,42% year to date ke Rp13.592 per 3 Juni 2016 didukung persepsi positif pertumbuhan ekonomi domestik dan pasokan valuta asing berorientasi ekspor.

Agus menaruh perkiraan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tahun depan sebesar Rp13.600-Rp13.900 atau lebih tinggi dari tahun ini Rp13.500-Rp13.800.
"Tahun depan masih menunggu normalisasi ekonomi di AS dan China. Sentimen kenaikan Fed Fund Rate juga," ucapnya.

2.PERTUMBUHAN EKONOMI
Berdasarkan asumsi APBN 2017 maka diproyeksikan bahwa pada tahun 2017 Indonesia akan tumbuh sebesar 5.1% dengan tingkat inflasi yang terjaga. "Pertumbuhan yang lebih tinggi didorong oleh reformasi fiskal melalui pengurangan subsidi dan penargetannya yang lebih baik serta strategi penerimaan jangka menengah yang fokus pafa keberlanjutan. Kemudian kita perlu melanjutkan reformasi struktural Paket Kebijakan Ekonomi Tahap 2."jelas Darmin.
Peningkatan daya saing industri sendiri dijelaskan oleh Menteri Darmin dilakukan melalui hilirisasi industri. Dimana akselerasi industrialisasi dilakukan melalui pengembangan perwilayahan industri di luar Jawa, Pertumbuhan populasi industri dan peningkatan produktivitas serta daya saing. Terutama untuk industri kimia, tekstil, dan aneka; industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronika; dan industri argo.




DAFTAR PUSTAKA
-http://www.artikelsiana.com/2014/11/pengertian-produk-domestik-bruto-pdb.html
- kuswanto.staff.gunadarma.ac.id

- http://utamiwijayanti12.blogspot.co.id/2015/06/pdb-pertumbuhan-dan-perubahan-struktur.html

1 komentar:

  1. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.

    Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.

    Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.

    BalasHapus